Jalan-jalan wisata ke Semarang dan sekitar akan lebih mantap kalau kita mencicipi masakan khas daerahnya. Seperti ndas manyung dari Demak Kota Wali.
Kalau yang postingan lalu ( bumbu pawon ), restaurannya milik seorang notaris, kali ini kita berkunjung ke restauran milik seorang dokter. Beruntung banget pak dokter dapat rumah jati pinggir jalan raya, kondisinya masih bagus banget, jadi hanya perlu dicat dan taraaaa……..rumah makan baru di kota Demak pun hadir memperkaya khasanah wisata kuliner kita.
Konon rumah makan ini menyediakan lebih dari tujuh puluh lima menu. Seru kan?! Pas banget buat santap berbuka.
Selain ndas manyung sebagai menu andalan khas Demak, ada juga sambal goreng rambak.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba krenyesnya kikil alias kaki kambing ya.
Kalau yang tidak begitu suka dengan masakan berkuah dan pedas, bisa mengambil menu iwak manuk nih. Juga goreng-gorengan lainnya.
Atau mau menikmati sensasi makan ayam ala Ipin Upin? Sebab semua daging ayamnya dikemas seperti paha ayam di film anak-anak asal Malaysia itu 😀
Ada dua jenis area ruang bersantap di rumah makan Safira (yang namanya juga dipakai untuk nama butik milik pak dokter)
Area dengan meja putih dan kursi-kursi warna oranye menyala mendominasi ruang dalam rumah makan, baik di sisi barat ataupun timur.
Di bagian belakang, ada area lesehan untuk mereka yang ingin makan sambil bersantai, menyelonjorkan kaki dan menyandarkan punggung ke dinding.
Sekat alias partisinya menggunakan aksen anyaman bambu dengan rangka kayu. Menjadikannya senada dan serasi dengan rumah makan yang hampir seluruhnya menggunakan material kayu ini, dari kerangka struktur, plafon, pintu, jendela hingga dindingnya.
Sedangkan untuk aksen tirai di jendelanya, pemilik rumah makan menghiasinya dengan bahan kain blacu dengan aksen batik warna dominan coklat. Membuatnya tampak manis dan memperkuat konsep alami dan klasik rumah makan Safira ini.
Demikian pula halnya dengan pemilihan tembikar tanah liat sebagai wastafel yang terdapat di pojok ruang dalam rumah makan ini. Tentu tak lepas dari konsepnya yang membawa bahan alam kembali dekat dengan kita. Menjadi pemecah dan oase di tengah segala macam hal yang berbau instan, plastik dan sintetik.
Jadi ada konsep penyelamatan alias konservasi rumah kuno asli Jawa khususnya Demak, plus menyediakan alternatif wisata kuliner di kota Wali ini dan tentu saja perekruitan banyak karyawan alias membuka lapangan kerja. Semoga laris dan berkah ya pak Dokter. Aamiin.
Cuma ada juga yang sedikit disayangkan. Karena atap tambahan perpanjangan bagian depan tidak menggunakan struktur kayu juga, tapi malah memakai struktur baja ringan yang memang lebih murah, enteng dan praktis. Tapi kan jadi kurang maknyus rasa ‘kayu dan alami’nya ya.
'Yang Maknyus Di Rumah Kayu' have 8 comments
June 27, 2015 @ 9:04 am Dwi Pramono
Iya, sayang pakai baja ringan jadi kurang harmoni dengan struktur kayunya. Pak Dokter nggak konsul ke arsitek Dian Nafi, sih… 😀
July 1, 2015 @ 10:55 am Dian Nafi
Hahay……pak Dwi bisa aja 😀
June 29, 2015 @ 12:29 pm Telenan
Alamat rumah makannya di mana itu, Mbak?
July 1, 2015 @ 10:56 am Dian Nafi
di jalan Pemuda arah ke Pasar Demak
June 29, 2015 @ 3:13 pm Inung Djuwari
duhhh bikin kemecer saja….Kalau ke Demak harus nyoba ini.
July 7, 2015 @ 7:17 pm dian
ayo, mbak Inung. jawil aku ya kalau pas ke Demak 🙂
July 1, 2015 @ 8:50 am Hidayah Sulistyowati
Asik nih kalo ke Kudus bisa mampir kesini dulu buat ngisi perut, makanannya bikin ngiler, hihiii *inget puasa euy
July 7, 2015 @ 7:18 pm dian
betul, mbak hidayah. tempat-tempat baru musti dijelajahi 🙂